LATAR BELAKANG ADANYA HARI VALENTINE

a.   Karya Sastrawan Inggris Geoffrey Chaucer.
 Pendapat ini mengemukakan tentang sekelumit kisah cinta burung-burung yang dipercaya mencari pasangannya untuk kawin pada tanggal 14 Februari di Inggris dan Perancis sekitar abad ke-14. Kepercayaan ini tertulis dalam sebuah karya dari seorang Sastrawan Inggris yang bernama Geoffrey Chaucer. Ia menjelaskan dalam karyanya yang ia tulis dalam sebuah cerita yang berjudul Parlement of Foules (Percakapan Burung-Burung). Dalam tulisan tersebut ditulis :
“For this was sent on Seynt Valentyne’s day. Whan every foul cometh ther to choose his mate.” (Bahwa inilah dikirim pada hari Santo Valentinus. Saat semua burung datang ke sana untuk memilih pasangannya).


b.   Hari Valentine untuk menyaingi Hari Lupercalia
Di Roma kuno, zaman dahulu tanggal 15 Februari adalah hari yang dirayakan sebagai hari raya Lupercalia, yang merupakan sebuah perayaan untuk Dewa Lupercus (dewa kesuburan). Dewa ini dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Dalam perayaannya, para pendeta Lupercus (penyembah dewa Luprcus) melakukan ritual penyucian dengan cara menyerahkan korban kambing kepada dewa dan kemudian minum anggur. Setelah itu mereka akan berlari-lari di jalanan kota Roma sambil membawa potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai dijalan.
Pada masa itu agama yang sedang berkembang dan semakin dikenal dengan adanya hari raya agama tersebut yang jatuh pada tanggal 15 Februari. Paus Gelasius I dengan Gereja Katoliknya sengaja menetapkan tanggal 14 Februari sebagai hari peringatan terhadap Santo Valentinohanya untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari agar Katolik mendapat perhatian lebih untuk menyaingi agama penyembah Dewa Lupercus.( Encyclopedia Britania, vol. 12, sub judul: Chistianity) Namun semenjak abad ke 16 M, upacara keagamaanmenyembah Dewa Lupercus menjadi hilang, berganti dengan sebuah upacara kasih sayang untuk memperingati kematian Santo Valentinus.

Pada tahun 1836 dilakukan penggalian makam Santo Hyppolytus dia Via Tibertinus dekat Roma yang diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Kemudian kerangka tersebut ditaruh dalam sebuah peti emas dan dikirim ke gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI. Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine, di mana peti emas diarak-arak dalam sebuah prosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi. Pada hari itu sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.

Efesus 4:32 
Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.

Mulai abad ke-19, tradisi penulisan notisi pernyataan cinta mengawali produksi kartu ucapan secara massal. The Greeting Card Association(Asosiasi Kartu Ucapan AS) memperkirakan bahwa di seluruh dunia sekitar satu milyar kartu valentine dikirimkan per tahun. Hal ini membuat hari raya ini merupakan hari raya terbesar kedua setelah Natal, di mana kartu-kartu ucapan dikirimkan. Asosiasi yang sama ini juga memperkirakan bahwa para wanitalah yang membeli kurang lebih 85% dari semua kartu valentine.

Di Amerika Serikat mulai pada paruh kedua abad ke-20, tradisi bertukaran kartu diperluas dan termasuk pula pemberian segala macam hadiah, biasanya oleh pria kepada wanita. Hadiah-hadiahnya biasa berupa bunga mawar dan cokelat. Mulai tahun 1980-an, industri berlian mulai mempromosikan hari Valentine sebagai sebuah kesempatan untuk memberikan perhiasan.

Sebuah kencan pada hari Valentine seringkali dianggap bahwa pasangan yang sedang kencan terlibat dalam sebuah relasi serius. Keyakinan ini menjadikan valentine itu merupakan hari Percintaan, bukan hanya kepada Pacar ataupun kekasih, tetapi untuk semua yang merayakannya.


Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran sikap dan semangat. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih. 

Dalam semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, petting bahkan hubungan seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang, bukan nafsu libido biasa.

Bahkan tidak sedikit para orang tua yang merelakan dan memaklumi putera-puteri mereka saling melampiaskan nafsu biologis dengan teman lawan jenis mereka, hanya semata-mata karena beranggapan bahwa hari Valentine itu adalah hari khusus untuk mengungkapkan kasih sayang.

Di dalam syair lagu romantis barat yang juga melanda begitu banyak lagu pop di Indonesia, ungkapan make love ini bertaburan di sana sini. Buat orang barat, berzina memang salah satu bentuk pengungkapan rasa kasih sayang. Bahkan berzina di sana merupakan hak asasi yang dilindungi undang-undang.


Sumber :
www.inikabarku.com
www.indrasnotes.wordpress.com
www.trinitas.or.id
www.vivificat.wordpress.com
www.agazzettadelpago.blogspot.com
Ensiklopedi Katolik (Catholic Encyclopaedia 1908)
di rangkum oleh Ngatemin Rosok
Share this article :
 

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Catatan Terbuang - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger